18 July 2022

Bukan Sembarang Guling

 


 

Seperti biasa malam ini Maya, Sinta, dan aku berkumpul di kamarnya Lukita. Kami berempat merupakan empat sekawan sejak pertama masuk kuliah. Kami berasal dari kota yang berbeda, kemudian dipertemukan di “Kosan Pak Ahmad” ini. Setiap malam kami selalu berkumpul dikamarnya Lukita entah itu mengerjakan tugas bersama ataupun hanya sekedar bergosip membicara kejadian hari ini. Bergosip merupakan hal yang menyenangkan bagi kami para perempuan.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 00.00, tepat jam 12 malam. Maya yang sudah terlihat mengantuk daritadi pamit untuk kembali ke kamarnya “Guys aku balik dulu ya udah ngantuk banget nih”. Tak kunjung lama Maya dan Sinta pun pamit. “Lah mereka lembek banget sih baru juga jam segini, tapi aku juga mau balik dulu lah. Gulingku sudah menungguku” candaku. Lukita tertawa. “Ehhh tu ngomong dijaga ya”, ledek Lukita.

Setelah masuk kamar aku langsung berbaring di bawah selimutku yang hangat sembari memeluk guling kesayanganku. Namun, kantuk tak kunjung datang. Mataku yang sudah ku tutup rapat-rapat tetap tak mau tidur. Tiba-tiba, sekilas bau busuk melewati hidungku. “Ehh bau apanih? Bau banget”. Kupikir mungkin ada tikus yang mati diatas plafon kamar kostku, dengan begitu tak kuhiraukan dan ku tetap memeluk gulingku.

Semakin lama bau busuk semakin menyengat, pikiranku mulai gelisah, keringat dingin mulai keluar. Kucoba beranikan diri bangun dari tempat tidur untuk mengambil hp-ku yang ku simpan di dekat meja belajar, yang perlu berjalan sekitar dua langkah dari kasurku. Ku ambil hp-ku dan berusaha bodo amat terhadap yang kurasakan saat ini.

Setelah mengambil hp ku duduk diatas kasur dengan perasaan yang mulai tak karuan, hawa dingin membuat bulu kudukku berdiri, kemudian aku mencoba menghubungi sahabat-sahabatku. Namun, Maya, Sinta, dan Lukita nihil mereka tak ada yang bisa dihubungi. Akhirnya kucoba untuk memberanikan diri untuk berbaring kembali.

Ketika aku menarik selimut dan berniat untuk mengambil gulingku. Tiba-tiba ada sesosok yang seperti guling diatas kasurku dengan mata bolong, dan wajah penuh nanah dan darah. Sosok itu menyeringai ke arahku dan berkata “Aku sudah daritadi nungguin kamu loh”. Nafas yang memburu terasa mencekik, aku terasa ingin menghilang dari dunia ini saat itu juga. Dan akhirnya aku kehilangan kesadaranku.

Silahkan berkomentar dengan sopan, Memberi saran juga boleh ;)
EmoticonEmoticon