Seperti biasa
malam ini Maya, Sinta, dan aku berkumpul di kamarnya Lukita. Kami berempat
merupakan empat sekawan sejak pertama masuk kuliah. Kami berasal dari kota yang
berbeda, kemudian dipertemukan di “Kosan Pak Ahmad” ini. Setiap malam kami
selalu berkumpul dikamarnya Lukita entah itu mengerjakan tugas bersama ataupun
hanya sekedar bergosip membicara kejadian hari ini. Bergosip merupakan hal yang
menyenangkan bagi kami para perempuan.
Tak terasa jam
sudah menunjukkan pukul 00.00, tepat jam 12 malam. Maya yang sudah terlihat
mengantuk daritadi pamit untuk kembali ke kamarnya “Guys aku balik dulu ya udah
ngantuk banget nih”. Tak kunjung lama Maya dan Sinta pun pamit. “Lah mereka
lembek banget sih baru juga jam segini, tapi aku juga mau balik dulu lah.
Gulingku sudah menungguku” candaku. Lukita tertawa. “Ehhh tu ngomong dijaga
ya”, ledek Lukita.
Setelah masuk
kamar aku langsung berbaring di bawah selimutku yang hangat sembari memeluk
guling kesayanganku. Namun, kantuk tak kunjung datang. Mataku yang sudah ku
tutup rapat-rapat tetap tak mau tidur. Tiba-tiba, sekilas bau busuk melewati
hidungku. “Ehh bau apanih? Bau banget”. Kupikir mungkin ada tikus yang mati
diatas plafon kamar kostku, dengan begitu tak kuhiraukan dan ku tetap memeluk
gulingku.
Semakin lama bau
busuk semakin menyengat, pikiranku mulai gelisah, keringat dingin mulai keluar.
Kucoba beranikan diri bangun dari tempat tidur untuk mengambil hp-ku yang ku
simpan di dekat meja belajar, yang perlu berjalan sekitar dua langkah dari
kasurku. Ku ambil hp-ku dan berusaha bodo amat terhadap yang kurasakan saat
ini.
Setelah mengambil
hp ku duduk diatas kasur dengan perasaan yang mulai tak karuan, hawa dingin
membuat bulu kudukku berdiri, kemudian aku mencoba menghubungi
sahabat-sahabatku. Namun, Maya, Sinta, dan Lukita nihil mereka tak ada yang
bisa dihubungi. Akhirnya kucoba untuk memberanikan diri untuk berbaring
kembali.
Ketika aku menarik
selimut dan berniat untuk mengambil gulingku. Tiba-tiba ada sesosok yang
seperti guling diatas kasurku dengan mata bolong, dan wajah penuh nanah dan
darah. Sosok itu menyeringai ke arahku dan berkata “Aku sudah daritadi nungguin
kamu loh”. Nafas yang memburu terasa mencekik, aku terasa ingin menghilang dari
dunia ini saat itu juga. Dan akhirnya aku kehilangan kesadaranku.
Silahkan berkomentar dengan sopan, Memberi saran juga boleh ;)
EmoticonEmoticon