18 July 2022

Persahabatan Sejati



Saat ini aku berada di akhir kelas 12, tak terasa 3 tahun di SMA ku jalani hari-hariku bersama dengan ketiga sabahatku, Sinta, Dian, dan Lukita. Tidak hanya di pada saat bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), kita berempat sudah bersahabat sejak pertama masuk Sekolah Dasar (SD). Tidak akan ada yang akan mengalahkan persahabatan kami.

Dulu pertama masuk sekolah dasar aku merupakan seorang anak yang pendiam, jarang berbicara, dan jarang bersosialisasi. Kemudian aku ditakdirkan bertemu dengan Sinta. Sinta merupakan anak yang sangat kecil dan juga berisik. Setiap pagi Sinta selalu menyapaku, “Selamat pagi Mayaaaa” katanya dengan nada diimut-imutkan. Aku tak pernah menjawab. Sampai akhirnya suatu hari aku bosan mendengarnya, ketika Sinta berceloteh ria aku menjawab “Sinta kamu berisik sekali!” dengan nada yang cukup tinggi bagi aku seorang anak yang jarang berbicara. Namun, bukannya Sinta marah tetapi malah menunjukkan raut wajah yang lebih bahagia, “Ahhhh Maya, akhirnya kamu menjadi temanku”. Aku terheran-teran, hingga akhirnya setelah kejadian itu Sinta menjadi sahabatku.

Selain Sinta, ada Dian sahabatku juga. Dian adalah tetanggaku. Aku selalu berangkat sekolah bareng dengannya. Dian merupakan anak terpintar di kelas kami. Dian selalu mendapat peringkat pertama selama sekolah. Tak heran ibuku sangat mendukung aku dan Dian bersahabat. Jadi, ketika aku tidak tahu soal jawaban matematika yang dipelajari aku selalu menanyakan jawabannya ke Dian, dengan sukarela Dian selalu memberikan jawabannya kepadaku. Begitulah sampai kita bersahabat.

Tidak lupa ada Lukita. Lukita menjadi sahabatku sejak dia pindah ke sekolah ku kelas 3 SD. Lukita terpaksa pindah sekolah karena mengikuti ayahnya yang seorang tentara dipindahtugaskan. Awalnya Lukita adalah anak yang aneh karena sering menyendiri. Namun, seperti biasa sahabatku yang cerewet bernama Sinta selalu mendekati Lukita seperti mendekatiku dulu, hingga akhirnya Lukita luluh dan bersahabat denganku juga.

Begitulah kisah awal pertemuanku dengan sahabat-sahabatku. Pada akhirnya aku, Sinta, dan Dian terus memilih sekolah yang sama di SMP dan SMA. Lukita sempat pindah kota lagi mengikuti ayahnya ketika SMP. Namun, ketika akan masuk SMA ayah Lukita pensiun dan Lukita meminta kepada orangtuanya untuk kembali ke kota ketika dia duduk di sekolah dasar sehingga akhirnya aku, Sinta, Dian, dan Lukita dapat kembali bersama ketika duduk dibangku SMA. Hingga tak terasa sebentar lagi kami lulus SMA.


Silahkan berkomentar dengan sopan, Memberi saran juga boleh ;)
EmoticonEmoticon