Saat ini aku
berada di akhir kelas 12, tak terasa 3 tahun di SMA ku jalani hari-hariku
bersama dengan ketiga sabahatku, Sinta, Dian, dan Lukita. Tidak hanya di pada
saat bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), kita berempat sudah bersahabat sejak
pertama masuk Sekolah Dasar (SD). Tidak akan ada yang akan mengalahkan
persahabatan kami.
Dulu pertama masuk
sekolah dasar aku merupakan seorang anak yang pendiam, jarang berbicara, dan
jarang bersosialisasi. Kemudian aku ditakdirkan bertemu dengan Sinta. Sinta
merupakan anak yang sangat kecil dan juga berisik. Setiap pagi Sinta selalu
menyapaku, “Selamat pagi Mayaaaa” katanya dengan nada diimut-imutkan. Aku tak
pernah menjawab. Sampai akhirnya suatu hari aku bosan mendengarnya, ketika Sinta
berceloteh ria aku menjawab “Sinta kamu berisik sekali!” dengan nada yang cukup
tinggi bagi aku seorang anak yang jarang berbicara. Namun, bukannya Sinta marah
tetapi malah menunjukkan raut wajah yang lebih bahagia, “Ahhhh Maya, akhirnya
kamu menjadi temanku”. Aku terheran-teran, hingga akhirnya setelah kejadian itu
Sinta menjadi sahabatku.
Selain Sinta, ada
Dian sahabatku juga. Dian adalah tetanggaku. Aku selalu berangkat sekolah
bareng dengannya. Dian merupakan anak terpintar di kelas kami. Dian selalu
mendapat peringkat pertama selama sekolah. Tak heran ibuku sangat mendukung aku
dan Dian bersahabat. Jadi, ketika aku tidak tahu soal jawaban matematika yang
dipelajari aku selalu menanyakan jawabannya ke Dian, dengan sukarela Dian
selalu memberikan jawabannya kepadaku. Begitulah sampai kita bersahabat.
Tidak lupa ada
Lukita. Lukita menjadi sahabatku sejak dia pindah ke sekolah ku kelas 3 SD.
Lukita terpaksa pindah sekolah karena mengikuti ayahnya yang seorang tentara
dipindahtugaskan. Awalnya Lukita adalah anak yang aneh karena sering
menyendiri. Namun, seperti biasa sahabatku yang cerewet bernama Sinta selalu
mendekati Lukita seperti mendekatiku dulu, hingga akhirnya Lukita luluh dan
bersahabat denganku juga.
Begitulah kisah
awal pertemuanku dengan sahabat-sahabatku. Pada akhirnya aku, Sinta, dan Dian
terus memilih sekolah yang sama di SMP dan SMA. Lukita sempat pindah kota lagi
mengikuti ayahnya ketika SMP. Namun, ketika akan masuk SMA ayah Lukita pensiun
dan Lukita meminta kepada orangtuanya untuk kembali ke kota ketika dia duduk di
sekolah dasar sehingga akhirnya aku, Sinta, Dian, dan Lukita dapat kembali
bersama ketika duduk dibangku SMA. Hingga tak terasa sebentar lagi kami lulus
SMA.
Silahkan berkomentar dengan sopan, Memberi saran juga boleh ;)
EmoticonEmoticon